
Hampir setiap pria dan beberapa wanita di Indonesia memiliki kebiasaan merokok baik saat di ruang tunggu atau setelah makan. Rokok adalah salah satu benda yang paling fenomenal di Indonesia, sebab ia dipuja sekaligus dicerca. Bagaimana tidak? Meskipun sudah tahu bahaya rokok terhadap kesehatan, masih banyak orang yang bersikeras meneruskan kebiasaannya menghisap asap tembakau.
Temuan Global Adult Tobacco Survey 
(GATS) menyatakan bahwa 86 persen orang dewasa di Indonesia menyadari 
bahaya merokok bagi kesehatan dan dapat menyebabkan penyakit serius. 
Bahkan, sebanyak 73,7 persen orang dewasa menyadari bahwa asap rokok 
sekunder dapat menyebabkan penyakit serius pada orang-orang yang bukan 
perokok.
Temuan ini menunjukkan tingginya 
pemahaman masyarakat mengenai bahaya merokok bagi kesehatan diri sendiri
 dan orang lain. Sebanyak 4 dari 10 orang dewasa diketahui melihat 
informasi anti rokok di TV atau radio. Hasilnya, sebanyak 5 dari 10 
orang perokok berencana atau sedang berupaya berhenti merokok.
“Kalaupun tidak bisa berhenti merokok, 
jangan meracuni orang lain. Namun yang tidak merokok jangan menghakimi 
orang yang merokok. Sebaiknya kita membantu orang yang kecanduan rokok 
untuk terbebas dari asap rokok,” kata Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi 
dalam acara Peluncuran Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) di 
Kementerian Kesehatan, Selasa (11/9/2012).
Namun menyadari bahaya merokok saja 
nampaknya belum cukup mendorong masyarakat untuk benar-benar berhenti 
merokok. Tingginya kesadaran bahaya rokok tak diimbangi oleh penurunan 
konsumsi rokok di masyarakat. Nyatanya, tingkat pemakaian rokok di 
Indonesia tetap tinggi.
Survei juga menemukan bahwa 67,4 persen 
pria dan 2,7 persen wanita di Indonesia adalah perokok aktif. Jika 
ditotal, sebanyak 61,4 juta orang dewasa di Indonesia adalah perokok. 
Dibandingkan dengan India, angkanya lebih rendah dengan 47,9 persen pria
 dan 20,3 persen wanita yang perokok. Jumlah perokok di tanah air juga 
masih lebih tinggi dibanding Filipina, Thailand, Vietnam dan Polandia.
Tingginya konsumsi rokok ini bisa jadi 
diakibatkan karena gencarnya iklan rokok di media ataupun sarana lain. 
Sebanyak 5 dari 10 orang dewasa melihat pemasaran rokok dari toko yang 
menjual rokok. Yang lebih ironis, 8 dari 10 orang dewasa melihat iklan 
rokok dari promosi atau sponsor acara olahraga.
“Kapan kita mau jadi juara olimpiade 
atau sepak bola? Nggak bakal. Karena orang-orang Indonesia paru-parunya 
sudah tak becus akibat rokok,” tegas Menkes.
Hasil temuan GATS juga menunjukkan bahwa
 rokok yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah kretek,
 yaitu sebanyak 80,4 persen penduduk yang menghisapnya. Persentase ini 
jauh lebih besar jika dibandingkan pengguna rokok lintingan sebanyak 5,6
 persen. Bahkan rokok putih hanya dikonsumsi oleh 3,7 persen penduduk 
Indonesia.
86% Penduduk Indonesia Sadar Bahaya Rokok bagi Kesehatan
Rokok adalah salah satu benda yang 
paling fenomenal di Indonesia, sebab ia dipuja sekaligus dicerca. 
Bagaimana tidak? Meskipun sudah tahu bahaya rokok terhadap kesehatan, 
masih banyak orang yang bersikeras meneruskan kebiasaannya menghisap 
asap tembakau.
Temuan Global Adult Tobacco Survey 
(GATS) menyatakan bahwa 86% orang dewasa di Indonesia menyadari bahaya 
merokok bagi kesehatan dan dapat menyebabkan penyakit serius. Bahkan, 
sebanyak 73,7% orang dewasa menyadari bahwa asap rokok sekunder dapat 
menyebabkan penyakit serius pada orang-orang yang bukan perokok.
Temuan ini menunjukkan tingginya 
pemahaman masyarakat mengenai bahaya merokok bagi kesehatan diri sendiri
 dan orang lain. Sebanyak 4 dari 10 orang dewasa diketahui melihat 
informasi anti rokok di TV atau radio. Hasilnya, sebanyak 5 dari 10 
orang perokok berencana atau sedang berupaya berhenti merokok.
“Kalaupun tidak bisa berhenti merokok, 
jangan meracuni orang lain. Namun yang tidak merokok jangan menghakimi 
orang yang merokok. Sebaiknya kita membantu orang yang kecanduan rokok 
untuk terbebas dari asap rokok,” kata Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi 
dalam acara Peluncuran Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) di 
Kementerian Kesehatan, Selasa (11/9/2012).
Namun menyadari bahaya merokok saja 
nampaknya belum cukup mendorong masyarakat untuk benar-benar berhenti 
merokok. Tingginya kesadaran bahaya rokok tak diimbangi oleh penurunan 
konsumsi rokok di masyarakat. Nyatanya, tingkat pemakaian rokok di 
Indonesia tetap tinggi.
Survei juga menemukan bahwa 67,4% pria 
dan 2,7% wanita di Indonesia adalah perokok aktif. Jika ditotal, 
sebanyak 61,4 juta orang dewasa di Indonesia adalah perokok. 
Dibandingkan dengan India, angkanya lebih rendah dengan 47,9% pria dan 
20,3% wanita yang perokok. Jumlah perokok di tanah air juga masih lebih 
tinggi dibanding Filipina, Thailand, Vietnam dan Polandia.
Tingginya konsumsi rokok ini bisa jadi 
diakibatkan karena gencarnya iklan rokok di media ataupun sarana lain. 
Sebanyak 5 dari 10 orang dewasa melihat pemasaran rokok dari toko yang 
menjual rokok. Yang lebih ironis, 8 dari 10 orang dewasa melihat iklan 
rokok dari promosi atau sponsor acara olahraga.
“Kapan kita mau jadi juara olimpiade 
atau sepak bola? Nggak bakal. Karena orang-orang Indonesia paru-parunya 
sudah tak becus akibat rokok,” tegas Menkes.
Hasil temuan GATS juga menunjukkan bahwa
 rokok yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah kretek,
 yaitu sebanyak 80,4% penduduk yang menghisapnya. Persentase ini jauh 
lebih besar jika dibandingkan pengguna rokok lintingan sebanyak 5,6%. 
Bahkan rokok putih hanya dikonsumsi oleh 3,7% penduduk Indonesia.
Dari berbagai sumber
 

 





0 komentar:
Posting Komentar