Senin, 03 Desember 2012

Aoi Eir - Innocence ( OP2 OST Sword Art Online) + Translate


Aoi Eir - Innocence (Kemurnian Hati)
Opening 2 Sword Art Online

ROMAJI:

Kakushiteta kanjou ga himei wo ageteru
Tashika na chikai wo te ni

Kiseki dake wo motome
Kienai yami wo samayou
Koko ni ireba nido to
Mirai miru koto dekinai

Koyoi no tsuki ga sasotte
Mada kotoba dasenai kedo
Kokoro no naka sakebitsuzuketai

Kakushiteta kanjou ga himei wo ageteru
Tashika na chikai wo te ni
Ato hon no sukoshi dake tsuyoku nareta nara
Me no mae ni aru kono sora koete yuku kara
Kono saki ni aru mirai ni te wo nobasu kara

Sunao na koe hibiite
hayaru mune no takanari
Kimi ga kaita chizu ni
yume no arika wo sagasu

Kumomani sashikomu hikari
tashikani hashiru kono itami
Ano sora ni mata tobitateta nara

Hateshi naku hirogatta sumi wataru sekai
mabushisa ni me wo hosome
Shinjirareru tsuyosa wo mune ni daitara
Kumo hitotsu nai kono sora tobi mawaru kara

Nakusu mono wa nani mo nai
furueru yubi nigirishime
Kimi no muku na egao dake wo yakitsuke

Owaranai EPISOODO no hate ni tsukametara
kimi to no omoi ga ima
Osanaki hi no kakera o tsunagi irotte
Futari de kaita kokoro no kiseki tadoru kara

Kakushiteta kanjou ga himei wo ageteru
tashikana chikai wo te ni
Ato honno sukoshi dake tsuyoku naretanara
Me no mae ni aru kono sora koete yuku kara
Kono saki ni aru mirai ni te wo nobasu kara

INDONESIA:

Perasaan yang tersembunyi mulai berteriak..
Mengikrarkan janji dalam genggaman ini..

Aku mencoba mencari keajaiban..
Dalam kegelapan yang tak berujung..
Jika aku terus berada di sini..
Aku takkan dapat melihat masa depan lagi..

Rembulan di malam hari pun memanggil..
Namun kata-kata itu masih belum terucap..
Dan aku hanya dapat mengungkapkannya dalam hati..

Perasaan yang tersembunyi mulai berteriak..
Mengikrarkan janji dalam genggaman ini..
Andaikan saja aku sedikit lebih kuat..
Maka aku akan menuju langit yang ada di depanku..
Menggapai masa depan yang ada di hadapanku..

Menggemakan suara suciku..
Menaruh tekad dan semangat didalamnya..
Dengan peta yang kamu bawa..
Aku mencari di mana impianmu berada..

Cahaya yang bersinar melalui celah awan-awan..
Akan membuat rasa sakit hilang dengan perlahan..
Jika saja aku dapat lebih dekat dengan langit itu..

Dunia yang begitu jelas mulai meluas tiada henti..
Begitu menyilaukan dan membuat mataku terbuka..
Saat mendapatkan kekuatan yang kamu percaya di dalam hati..
Langit yang tiada awan satu itu pun kemudian akan terlewati..

Jangan takut kehilangan sesuatu..
Genggamlah tanganmu yang gemetar..
Hanya senyum murnimu yang akan terukir dalam kenanganku..

Jika aku terjebak dalam episode yang tiada akhir..
Kini perasaanku untukmu akan melawannya..
Melukis bersama kenangan masa kecil kita..
Mengikuti jalan yang telah hati kita pilih..

Perasaan yang tersembunyi mulai berteriak..
Mengikrarkan janji dalam genggaman ini..
Andaikan saja aku sedikit lebih kuat..
Maka aku akan menuju langit yang ada di depanku..
Menggapai masa depan yang ada di hadapanku..

Minggu, 02 Desember 2012

Bab 2 Tinjauan Teori dan Hipotesis (Tugas Metode Riset "Proposal")

Nama : William Andreas
NPM : 18210516
Kelas : 3EA17
 
 
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
            Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia, menunjukkan adanya indikasi praktik manajemen laba (eanings management) seperti penellitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im (2001), Susanto (2003) Endriani (2004) dan Arnawa (2006). Juga menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca program rekapitalisasi. Bank syariah yang dalam operasionalnya memiliki fungsi yang lebih luas dari bank konvensional seperti yang diuaraikan dalam pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia (PAPSI) 2003 yaitu sebagai manajer investasi, investor, penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, serta pengembangan fungsi sosial.
            Khan (1992), dalam Sofie (2005) mengidentifikasikan tujuan laporan keuangan akuntansi syariah antara lain adalah penentuan laba rugi yang tepat dan melaporkan dengan adaptable terhadap perubahan. Syahatah (2001) membagi tujuan akuntansi keungan (laporan keuangan) diantaranya membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dan menentukan besarnya penghasilan yang wajib di zakati. Penelitian Endriani (2004) ditemukan bahwa bank melakukan earnings management dalam upaya memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal minimum  (CAR) yang telah ditetapkan BI. Penelitian Robb (1998) juga membuktikan secara empiris bahwa bank cenderung melakukan praktik pengelolaan laba dengan cara meningkatkan laba, jika diperoleh laba yang rendah dari yang diinginkan.
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Pengertian Bank Syariah
            Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana dan maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum islam.
2.2.2 Jenis-Jenis Bank Umum Syariah
1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
2. Bank Syariah Mandiri (BSM)
3. Bank Syariah Indonesia
    2.2.3 Jenis-Jenis Unit Usaha Syariah
1.      Bank IFI Syariah
2.      Bank Danamon Syariah
3.      BRI Syariah
4.      Bank Niaga Syariah
5.      Bank Permata Syariah
6.      BNI Syariah
7.      BII Syariah
8.      Bank Riau Syariah
9.      Bank Jabar Syariah
10.  BPD Sumut Syariah
11.  BPD DKI Syariah
12.  BPD Lombok NTB
13.  BPD Aceh Syariah
14.  BPD Kalsel Syariah
15.  HSBC Syariah
16.  BTN Syariah
            Karena penilaian kinerja bank syariah umumnya tidah jauh berbeda dengan bank konvensional, maka diduga penilaian kinerja bank syariah dengan rasio CAMEL juga mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba. Rasio CAMEL dan proksinya yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Nasser (2003), yang sebelumnya juga sudah digunakan oleh Payamta dan Machfoedz (1999) serta Nasser dan Aryati (2002).
            Rasio C (Capital) pada rasio CAMEL dalam penelitian ini, diproduksi dengan nilai rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). Earnings management dilakukan oleh bank semakin intensif dengan arah yang terbalik dengan tingkat CAR, dimana bank yang memiliki nilai CAR lebih rendah dari ketentuan minimum BI cenderung lebih intensif (tinggi) melakukan praktik earnings management  dan sebaliknya.
            Rasio A (Assets quality) pada rasio CAMEL, dimana kualitas asset ini dapat dilihat dari kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. Sehingga rasio ini diproksi dengan nilai rasio RORA (Return On Risked Assets) yang diperoleh dari perbandingan laba sebelum pajak dengan aktiva produktif. Rasio RORA ini merupakan salah satu rasio yang menunjukan profitabilitas bank. Secara teori diketahui bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah lebih termotivasi untuk melakukan earnings management. Penelitian Robb (1998) juga membuktikan secara empiris bahwa bank cenderung melakukan praktik pengelolaan laba dengan cara meningkatkan laba, jika diperoleh laba yang rendah dari yang diinginkan.
            Sedangkan rasio M (management) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio ROA (Return ON Assets). Penelitian Arnawa (2006) menggunakan rasio Return On Assets (ROA) sebagai salah satu proksi untuk menilai kinerja bank. Dimana nilai rasio ROA yang rendah juga diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba.
            Rasio E (earning) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio NPM (Net Profit Margin) yang diperoleh dari perbandingan laba operasi dengan pendapatan. Sama halnya dengan rasio RORA sebelumnya, rasio NPM juga menunjukan kemampuan bank menghasilkan laba dari aktifitas operasionalnya. Dimana laba operasi yang digunakan dalam rasio NPM ini jika ditambah dengan laba (rugi) bersih non operasional akan diperoleh nilai laba sebelum pajak yang digunakan dalam rasio RORA dan jika laba sebelum pajak ini dikurangi dengan perkiraan beban pajak penghasilan akan diperoleh nilai laba bersih yang digunakan dalam rasio ROA. Kerena itu rasio NPM ini diasumsikan juga akan bersifat sama dengan rasio RORA dan ROA sebelumnya.
            Rasio L (liquidity) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Semakin rendah nilai LDR yang juga menunjukkan rendahnya penghasilan bank akan memotivasi bank untuk melakukan manejemen laba dengan cara meningkatkan laba.
2.2      Hipotesis
            Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan teori, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat indikasi praktik manajemen laba bank syariah
H2a : Rasio CAR berpengaruh negativ terhadap praktik manajemen laba.
H2b : Rasio RORA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
H2c : Rasio ROA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba
H2d : rasio NPM berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
H2e : Rasio LDR berpengaruh negatif terhadap prakatik manajemen laba.
 
 
 
Sumber : http://erick-kesepian.blogspot.com

Bab 1 Pendahuluan (Tugas Metode Riset "Proposal)

Nama : William Andreas
NPM : 18210516
Kelas : 3EA17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Informasi akuntansi yang tersaji dalam laporan keuangan merupakan salah satu informasi utama yang dapat diakses oleh investor, kreditur maupun pemegang saham untuk menilai kinerja manajer dalam mengelola dana perusahaan. Manajer dapat saja melakukan praktik manajemen laba (earnings management) untuk tujuan tertentu. Healy (1985), Kaplan (1985), Mc Nichols and Nillson (1988), dan Holthausen, Larcker, and Sloan (1995) menemukan bukti adanya tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba terutama yang terkait dengan transaksi accrual.
            Praktik manajemen laba ini juga ditemukan di sektor perbankan seperti robb (1998) yang mendapatkan bukti adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan. Penelitian Bertrand (2000) menemukan bukti secara empiris bank di Swiss yang sedikit kurang atau mendekati ketentuan batasan kecukupan modal cenderung untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (CAR) mereka agar memenuhi persyaratan. Penelitian Betty and Petroni (2002) menemukan, dibandingkan private banks, public banks cenderung memiliki insentif lebih besar untuk melaporkan adanya kenaikan laba secara lebih konsisten. Penelitian Naciri (2002) mendapatkan bukti empiris adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan.
            Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia, juga menunjukkan adanya indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im (2001) yang menemukan bank-bank yang mengalami penurunan score tingkat kesehatannya cenderung melakukan earnings management. Susanto (2003) menemukan adanya indikasi praktik pengelolaan laba (earnings management) yang dilakukan oleh kelompok bank tidak sehat dan salah satu faktor dominan yang mendorong bank melakukan pengelolaan laba tersebut adalah motif meningkatkan kinerja bank. Endriani (2004) menemukan adanya indikasi earnings management pada bank dalam usaha memenuhi ketentuan kecukupan CAR (Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI. Dan Arnawa(2006) juga menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca progam rekapitalisasi.
     
           
            Bank syariah salah satu bentuk operasional bank yang ada di Indonesia, dimana seperti bank konvensional, bank syariah juga terikat dengan peraturan baik yang ditetapkan oleh pemerintah maupun bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, dan ditambah dengan aturan syariah. Penilaian kinerja bank syariah juga tidak jauh berbeda dengan bank konvensional.
1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1). Apakah terdapat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah?
2) Apakah kinerja bank syariah dengan rasio CAMEL mempuyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba?
1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
            1. Untuk melihat indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh kinerja pada bank syariah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan untuk mengenai apakah terdapat indikasi manajemen laba di bank syariah, sehingga pengguna dapat lebih teliti dalam membaca laporan keuangan.

Sumber : http://erick-kesepian.blogspot.com

Bab 3 Metodologi Penelitian (Tugas Metode Riset "Proposal")


Nama : William Andreas
NPM : 18210516
Kelas : 3EA17

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 jenis penelitian
            Untuk menguji indikasi praktik manajemen laba pada hipotesis 1 (H1) di atas digunakan uji beda, yaitu apakah rata-rata nilai AD pada bank syariah ≠ 0.
            Hipotesi 2 diuji dengan menggunakan regresi berganda dengan model sebagai berikut:
ADit = α + βɪCARit + β2 RORAit + β3 NPMit + β4 ROAit + β5 LDRit + β6 BUSit + ε
Dengan ekspektasi : β1 ˂ 0, β2 ˂ 0, βɜ ˂ 0, β4 ˂ 0 dan β5 ˂ 0
Dimana :
ADit                = Akrual Diskresioner (akrual abnormal) bank syariah I pada tahun t
CARit             = nilai rasio CAR (Capital Adequqcy Ratio) bank syariah I pada tahun t
RORAit          = nilai rasio RORA (return on Risked Assets) bank syariah I pada tahun t
NPMit             = nilai rasio NPM (Net Profit Margin) bank syariah I pada tahun t
ROAit             = nilai ROA (Return On Assets) bank syariah I pada tahun t
LDRit              = nilai rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) bank syariah I pada tahun t
BUSit              = nilai Dummy bank syariah i pada tahun t, dimana 1 = BUS dan 0 =UUS
           
            Pada model regresi di atas juga dimasukan variabel kontrol BUS yang maksudkan untuk mengontrol kemungkinan adanya perbedaan akrual diskresioner antara bank syariah yang berbentuk BUS dengan ekspktasi β6 ≠ 0.
3.1.2  Lokasi Penelitian
            Penelitian dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia dengan pengambilan data pada laporan keuangan publikasi tahunan bank syariah yang dapat diperoleh dari media massa yang memuat publikasi tersebut ataupun dari Direktori Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh BI serta dari website BI : www.bi.go.id.
3.1.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2007 hingga selesai.
3.2 populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
     Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:115) “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Anggota dari populasi tersebut sebagai elemen populasi (population element).
Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah semua perbankan syariah di Indonesia, yang berdasarkan data BI bulan Mei tahun 2007.
3.2.2 Sampel
            Sampel kami terdiri dari 21 bank syariah, terdiri dari bank syariah (Bank Umum Syariah / BUS) dan 18 unit syariah busines (unit Usaha Syariah / UUS) pada tahun 2004-2006.
3.3 Definisi Operasional Variabel
            Definisi operasional adalah “penentu constuct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur, definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik” (Indriantoro dan Supomo, 2002:69).
           
            Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.                  Bank Syariah
            Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana dan maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
2.                  Akrual Diskresioner
            Penghitungan total akrual sama dengan yang dilakukan Healy (1985) dan Jones (1991) yang telah disesuaikan dengan karateristik perbankan, dengan rumus:
TAit = (∆PMADit + ∆BDDit + ∆UMPit - ∆BYDit - ∆UPit  - PBAit – Depit)/(Ait- 1)
Dimana: TAit = total akrual bank syariah i pada tahun t, ∆PMADit = selisih pendapatan masih akan diterima bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆BDDit = selisih beban dibayar dimuka bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆UMPit = selisih uang pajak bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆BYDit selisih beban yang harus dibayar bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆UPit = selisih utang pajak bank syariah I pada tahun t dengan t-1, PBAit = beban penyisihan aktiva produktif bank syariah I pada tahun t, Debit = beban depresiasi bank syariah I pada tahun t, Ait- 1 = total aktiva bank syariah I pada tahun t-1.
            Kemudian, dilakukan estimasi dengan menggunakan model :
TAit/ Ait-1 = aɪ (1/ Ait-1) + bɪ (∆POit/ Ait-1) + b2(PPEit/ Ait-1) + ɛt
Dimana: TAit = total akrual bank syariah i pada tahun t, Ait-1 = total aktiva bank syariah i pada tahun t, ∆POit = selisih pendapatan operasional syariah i pada tahun t dengan t-1, PPEit = property, plant, and equipment (aktiva tetap) bank syariah i pada tahun t, perkiraan error (ɛt) dalam persamaan di atas menunjukkan akrual diskresioner (discretionary).
3.                  Rasio CAMEL
            Capital diukur dengan CAR = ekuitas/total aktiva; Asset Quality diukur dengan RORA = laba sebelum pajak/aktiva produktif, dimana aktiva produktif adalah semua aktiva baik dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki bank syariah dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya; management diukur dengan RORA = laba bersih/total aktiva; Earnings diukur dengan NPM = laba operasi/pendapatan; dan Liquidity diukur dengan LDR = jumlah kredit yang diberikan/jumlah dana pihak ketiga.
3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
            Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dengan Model regresi yang menggunakan metode estimasi Ordinary Least Squares (OLS) akan memberikan hasil yang Best, Linear, Unbiased dan Estimator (BLUE) jika memenuhi semua asumsi klasik. Pengujian hipotesis 1 (H1) dilakukan dengan uji beda.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
            Data yang akan diolah dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan publikasi tahunan bank syariah.
3.5  Metode Analisis Data
            Tenik dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan. Dalam hal ini untuk menginvestigasi praktik manajemen laba di bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa, I Gede (2006). “ Analisa Indikasi Manajemen Laba melelui Discretionary            Allowance for Loan Loses pada Perbankan Pasca Rekapitalisasi”. Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Bertrand, Rima, Swiss National Bank (2000). “ Capital Requirement and Bank Behaviour :           Emperical Evidence for Switzerland”. Working Paper.
Betty, Anne. L and Petroni, Kathy. R (2002). “ Earnings Management to Avoid Earnings             Declines Across Publicy and Private held Bank”, The Accounting Review, Vol 77.
Endriani, D (2004). “ Indikasi Praktek Earnings Management oleh Bank-Bank di Indonesia          Dalam Memenuhi Ketentuan Rasio Kecukupan Modal”. Karya Akhir Program            Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Healy, P.M. (1985). “ The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision”. Journal of             Accounting and Economic 7: 85-107.
Jones, J.J. (1991). “ Earnings Management During Import relief investigation”. Journal of Accounting Research ( Autumn) : 193-228.
McNicholas, M. and M.D. Neimark (1988). “ Evidence of Earnings Management from the            Provision for Bad Debts” , Journals of Accounting Research ( Supplement 1988),        pp        33-57.
Naciri, Ahmed (2002). “ Earnings Management from Bank Provisions for Loans losses”.   Working Paper, January.
Nasser, Etty M. (2003). “ Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta dengan          rasio CAMEL serta Pengaruhnya terhadap harga Saham”, Media Riset Akuntansi,             Auditing dan Informasi, Vol 3 No 3 Desember 2003 : 217 – 136.
Robb, Sean, W.G. (1998). “ The Effects of Analysts’ Forecase on Earnings Management in          Financial Institutions”. Journal of Financial Research (Fall).
Setiawati, Lilis dan Naim Ainun (2001). “ Bank Health Evaluation By Bank Indonesia and           Earnings Management in Banking Industry”. Gadjah Mada International Journal of Bussiness, May 2001, Vol 3 no 2 : 159-176.
Sofie (2005). “ Merumuskan Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah : Sebuah Studi        Eksplorasi”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 5 No 1 April          2005 :  25-39.
Susanto, Agus (2003). “ Indikasi Praktek Pengelolaan Laba dan Faktor-Faktor yang          Mempengaruhinya ( studi Empiris pada Sektor Perbankan Sebelum Krisis         Perbankan       Nasional )”, Karya Akhi Program Magister Akuntansi Fakultas     Ekonomi          Universitas Indonesia, Jakarta.                
 
Sumber : http://erick-kesepian.blogspot.com

Jumat, 30 November 2012

Tahun 2030 Jakarta Tenggelam

Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, amblas
VIVAnews - Ibukota Jakarta diprediksi tenggelam pada 2030. Perkiraan ini bisa terjadi apabila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak segera mengantisipasi. Pasalnya saat ini hampir 50 persen wilayah Jakarta rawan amblas.

Menurut Direktur Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI, Ubaidillah, berdasarkan penelitian yang dilakukan ITB Bandung, terbukti dari laju penurunan tanah Jakarta yang meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun pada kurun 1982 - 1992 menjadi 18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah Jakarta Utara.

Menurut dia, kondisi alam di ibukota telah mencapai titik kronis, penyebab utamanya lantaran minimnya daerah resapan. Dari data yang dimiliki Wahli, setiap tahunnya Jakarta defisit air tanah sebanyak 66,6 juta meter kubik setiap tahunnya.
Dari air hujan sebanyak 2 miliar meter kubik setiap tahunnya mengguyur Jakarta yang terserap hanya 36 persen, sedangkan sisanya terbuang ke selokan dan sungai. “Ini harus segera diantisipasi jika tidak ingin kota Jakarta ambruk total,” katanya saat dihubungi VIVAnews.com, Sabtu 18 September 2010.

Ia mengungkapkan, berdasarkan pantauan Walhi beberapa wilayah yang terancam ambrol di antaranya Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok, Pademangan, Ancol, Kp. Bandan, Jalan Lodan, dan Pasar Ikan Penjaringan di Jakarta Utara. Di Jakarta Pusat: Jalan Pangeran Jayakarta, Sawah Besar, dan sepanjang jalan protokol Jenderal Sudirman-MH Thamrin. Jakarta Timur: Kawasan Industri Pulogadung dan Jalan Raya Bogor. Di Jakarta Barat: Jalan Daan Mogot, Cengkareng, dan Kamal Muara.

Sedangkan di Jakarta Selatan, kondisi tanah masih relatif terjaga. Namun tidak terututup kemungkinan 2-3 tahun ke depan akan rawan amblas, mengingat tingginya tingkat penduduk dan terus bertambahnya pemukiman.

Ubaidillah menjelaskan, penggunaan air tanah yang berlebih dan berdampak buruk pada kondisi tanah, yang harus diperhatikan pemerintah lagi ialah proyek-proyek bangunan yang pendiriannya tidak mempertimbangkan keseimbangan ekologis. Bangunan itu, misalnya pusat-pusat perbelanjaan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI, Ery Basworo, mengatakan daerah rawan amblas kebanyakan terdapat pada jalan yang langsung bersinggungan dengan sungai.  Namun, kata Ery, kondisi jalan akan tetap aman jika penurapan untuk membendung abrasi dilakukan secara baik.

Terkait kondisi jalan ibukota, Ery mengaku akan melakukan koordinasi dengan Sudin PU di setiap wilayah untuk melakukan inspeksi terhadap jalan yang ada. Mengingat banyak jalan DKI yang bersinggungan dengan sungai utama yang penurapannya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat.

Sebelumnya, Gubernur DKI, Fauzi Bowo, meminta Kementerian Pekerjaan Umum, untuk melakukan investigasi secara menyeluruh terhadap amblasnya jalan tersebut. Investigasi ini, kata Foke, meliputi konstruksi dan kekuatan lapisan tanah di bawah jalan yang menjadi pondasinya.

“Investigasi jangan hanya dilakukan pada jalan yang ambrol sepajang 7 meter tapi harus secara keseluruhan pajang jalan ini yang mencapai 103 meter,” katanya.

Sumber : http://metro.news.viva.co.id/news/read/178144-walhi--2030--jakarta-utara-tenggelam

Rabu, 28 November 2012

Arti dari Logo Apple

  1. Logo buah apel tanpa gigitan terlihat seperti buah jeruk, maka untuk membedakannya mereka membuat logo apel dengan bekas gigitan untuk membedakannya.
  2. Terinspirasi dari Alan Turning, bapak komputer modern yang mengakhiri dirinya dengan memakan apel yang mengandung sianida
  3. Ada juga yang mengatakan gigitan tersebut adalah byte, istilah untuk mengetahui seberapa besar ukuran memory ( Terrabyte,gigabyte,megabyte )
  4. Filosofinya, apel di umpamakan sebagai ilmu pengetahuan. gigitannya adalah simbol kalau manusia tidak bisa memakan semua ilmu tetapi hanya sebagian saja.
  5. Mengenang Isaac Newton ( teori grafitasi konon ditemukan setelah Newton melihat apel yang jatuh dari pohon.
  6. Terinspirasi dari kisah manusia pertama yaitu Adam dan Hawa, apel merupakan buah pengetahuan.
  7. Beberapa orang percaya kalau Steve Jobs adalah penggemar berat The Beatles, dan dia pun mencontek logo itu dari salah satu album milik The Beatles
  8. Berawal dari kebiasaan Steve Jobs vegetarian dan juga suka memakan buah apel, saat dia memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan bersama sahabatnya (Wozark) , simbol apel lah yang digunakan.
  9. Ada juga yang berpendapat bahwa jika anda melihat merk Apple, berarti anda sudah mencicipi kecanggihan dan elegannya produk Apple

Selasa, 27 November 2012

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumen

Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya tehnologi produksi secara massal. Tehnologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang relatif murah.

Pada saat yang bersamaan muncul revolusi kebudayaan, di mana masyarakat secara bertahap berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang kekotaan, karena dengan berpindahnya ke perkotaan maka budaya mereka berubah sehingga berkembanglah tata nilai baru dan pola kehidupan yang baru akibat pekerjaan yang berbeda. Tidak hanya orang yang kaya saja bahkan orang yang biasa juga merasa perlu membeli produk yang dapat memuaskan kebutuhan budaya baru, seperti munculnya perbedaan status yang makin menonjol di kalangan masyarakat perkotaan.

Gambaran lahirnya masyarakat konsumsi tersebut diatas, menunjukkan pentingnya budaya dalam memahami perilaku konsumen. Aspek-aspek budaya yang penting dapat diidentifikasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen dan tentunya dapat digunakan dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.

DEFINISI KEBUDAYAAN
Banyak definisi tentang budaya yang dipaparkan oleh para pakar, diantaranya: Kebudayaan didefinisikan sebagai kompleks simbol dan barang-barang buatan manusia (artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari generasi satu ke generasi yang lain sebagai faktor penentu ( determinants) dan pengatur ( regulator ) perilaku anggotanya (Setiadi, 2003).

Budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu ( Wallendorf & Reilly, Mowen, 1995).

Budaya (culture) sebagai makna yang dimiliki bersama oleh (sebagian besar ) masyarakat dalam suatu kelompok sosial ( Peter & Olson, 2000).

Culture is that complex whole that includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society ( Loudan & Della Bitta, 1993)

Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat ( Angel, Blackwell& Miniard, 1994).

Beberapa definisi budaya telah dipaparkan namun secara garis besar menurut Engel, Blacwell & Miniard (1994 ) budaya dapat dibedakan menjadi Makro budaya ( macroculture ) yang mengacu pada perangkat nilai dan simbol yang berlaku pada keseluruhan masyarakat, dan Mikro budaya ( microculture/ subculture ) yang mengacu pada perangkat nilai dan simbol dari kelompok yang lebih terbatas, seperti kelompok agama, etnis tertentu, atau subbagian dari keseluruhan.

Budaya dapat melengkapi diri seseorang dengan rasa identitas dan perilaku yang dapat diterima di masyarakat, terutama dapat diketahui dari sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya. Seperti halnya : pakaian, penampilan, komunikasi, bahasa, makanan dan kebiasaan makan, hubungan, kepercayaan, dan lain sebagainya yang seringkali meliputi semua hal yang konsumen lakukan tanpa sadar memilih karena nilai kultur mereka, adat istiadat dan ritual mereka telah menyatu dalam kebiasaan mereka sehari-hari.

Sebagai contoh misalnya komponen budaya di masyarakat Amerika, memiliki sekian nilai yakni : achievement & succes, activity, efficiency & practicality, progress, material comfort, individualism, freedom, humanitarianism, youthfulness, fitness and health and external conformity.

PERMASALAHAN DALAM MENGANALISIS BUDAYA
Pemasar harus mempertimbangkan beberapa isu penting saat menganalisis budaya, yaitu :

1. Makna budaya dapat dianalisis dalam beberapa tahapan yang berbeda, seperti halnya penganalisisan pada tingkat makro dari masyarakat atau negara secara keseluruhan ataupuan budaya dari nilai-nilai bersama oleh sekelompok masyarakat tertentu secara mikro, seperti dilihat dari segmen masyarakat tertentu misalnya sekelompok orang dalam kelas sosisl atau grup referensi ,ataupun dalam lingkup keluarga.
2. Konsep makna umum atau yang dimiliki bersama sangat penting untuk memahami budaya. Makna budaya ( cultural meaning) adalah jika sebagian atau beberapa masyarakat dalam suatu kelompok sosial memiliki makna dasar yang sama. (misalnya, apakah arti ‘orang tua/ manula’? apakah makna ‘lingkungan yang aman’? bagaimana arti’bicara yang sopan’? dsb).
3. Makna budaya diciptakan oleh masyarakat melalui interaksi sosial mereka. Pembangunan makna budaya terlihat dalam tingkatan kelompok yang lebih kecil misalnya bagaimana mode busana yang disebut “ngetrend” pada mahasiswa sampai akhir tahun ini? Accessories apa yang sering mereka gunakan?Sedangkan di lingkungan makro makna itu dipengaruhi oleh institusi budaya seperti pemerintah, organisasi keagamaan, pendidikan, dan juga perusahaan semuanya dapat terlibat dalam pembangunan makna budaya.
4. Makna budaya terus melakukan gerakan ( dinamis ) dan dapat mengalami perubahan yang cepat, misalnya perilaku masyarakat yang dramatis oleh munculnya tipe ponsel (handphone ) Blackberry, yang dianggap mampu melakukan fungsi lebih dari sekedar ponsel tetapi mampu melakukan chating , facebook, email dsb.
5. Kelompok-kelompok sosial memiliki perbedaan dalam tingkat kebebasan memilih makna budaya tertentu, seperti di Amerika dan Eropa masyarakat lebih memiliki kesempatan untuk menciptakan identitas pribadi dan menggunakannya, sementara sebagian masyarakat lain di Cina, India dan Arab Saudi mungkin lebih terbatas dalam memiliki kebebasan memilih makna budaya tertentu.

KANDUNGAN SUATU BUDAYA
Kandungan utama budaya sering digunakan sebagai pendekatan oleh pemasar dalam menganalisis budaya untuk melakukan terobosan pemasaran. Pemasar biasanya berfokus pada nilai-nilai dominan dalam suatu masyarakat. Kandungan suatu budaya ( content of culture) adalah kepercayaan, sikap, tujuan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat dalam suatu lingkungan yang menyangkut aspek-aspek lingkungan sosial ( ragam agama dan kepercayaan, ragam partai politik , dsb) dan fisik ( produk, peralatan , gedung dan bangunan dsb) dalam masyarakat tertentu.

Tujuan dalam analisis budaya adalah untuk memahami kandungan makna dari sudut pandang konsumen yang menciptakan dan menggunakannya. Misalnya pengibaran bendera memiliki tanggapan rasa patriotisme dan semangat juang, diskon 50% adalah memiliki tanggapan “daya tarik” yang heboh, antri lebih dari 30 menit bagi sebagian orang Amerika membuat frustasi dan marah, namun di bagian masyarakat Indonesia merupakan hal yang biasa saja, sehingga ada slogan” budayakan antri……yang ada gambarnya bebek berbaris rapi.

Seperti halnya makna berjabat tangan ketika menyapa menjadi simbol selamat datang dan persahabatan oleh sebagian besar masyarakat dunia, meskipun ada sebagian yang melakukannya dengan membungkukkan badan atau mencium. Perbedaan makna budaya bahkan dapat diamati dari lingkungan berbelanja apakah toko diskon yang konsumen bisa memilih sendiri atau toko spesial yang dilengkapi dengan pelayanan pribadi penuh dari pramuniaga dan fasilitas belanja yang mewah.

Akhirnya strategi pemasaran juga memiliki makna yang dipercaya bersama, seperti reaksi masyarakat terhadap iklan. Masyarakat Amerika terbiasa mengungkap iklan dengan secara langsung dan terbuka, bahkan dianggap terlalu ‘fulgar’ atau emosional oleh sebagian masyarakat di negara lain. Atau promosi diskon dan penjualan murah, di sebagian masyarakat bisa dianggap positif tetapi bagian masyarakat lain bisa berbeda dan justru sering mendapat reaksi negatif karena adanya anggapan bahwa barang yang didiskon pasti tidak berkualitas dan barang sisa, cuci gudang atau barang yang tidak laku.

Sehingga pemasar harus hati-hati menangkap makna budaya dari produk dan merek yang akan dipasarkan dengan melihat lingkungan budaya yang melekat pada target pasar yang akan dipilihnya.

MENGUKUR KANDUNGAN BUDAYA
Pemasar dapat menggunakan berbagai prosedur untuk mengukur kandungan budaya yaitu melalui analisis kandungan budaya, penelitian etnografis dan pengukuran nilai. Pendekatan yang umum dipakai adalah dengan penelitian konsumen melalui wawancara, survei, telepon bahkan fokus group). Analisis kandungan budaya dapat dilakukan dengan mengamati obyek material yang ada dalam kelompok sosial, misalnya komik yang beredar di kalangan anak-anak sering berisi tentang nilai-nilai persahabatan, nilai agama, bahkan ini dapat diamati selama periode waktu tertentu, seperti perubahan peran wanita yang bekerja dalam puluhan tahun terakhir sehingga iklan dapat disentuhkan dengan keberadaan mereka.

Penelitian etnografis, yang melibatkan pengamatan ciri yang rinci yang bersumber dari antropologi untuk melihat tanggapan emosi, pengetahuan, dan perilaku dalam keseharian dalam masyarakat lingkungan tertentu. Misalnya bagaimana perilaku masyarakat pada pasar tradisional Jawa?Budaya tawar menawar yang dilakukan?Hal itu dapat diangkat sebagai tema dalam iklan produk tertentu.

Pengukuran nilai cenderung dilakukan secara langsung untuk melihat nilai dominan, dengan alat penilaian tertentu seperti rangking nilai yang dominan dan menggunakan metode statistik tertentu.

MITOS DAN RITUAL KEBUDAYAAN
Setiap masyarakat memiliki serangkaian mitos yang mendefinisikan budayanya. Mitos adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan emosi dan cita-cita budaya. Misalnya mitos mengenai binatang yang mempunyai kekuatan ( Lion King ) atau binatang yang cerdik ( Kancil ) yang dimaksudkan sebagai jembatan antara kemanusiaan dan alam semesta. Ada mitos pewayangan yang dapat diangkat dalam membuat strategi penentuan merek suatu produk, seperti tokoh Bima dalam produk Jamu kuat “ Kuku Bima Ginseng”. Sehingga pemasar dituntut kreatif menggali mitos agar bisa digunakan sebagai sarana menyusun strategi pemasaran tertentu.

Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen, 1995).

Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan benda-bendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang , seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon, permen, sirup, dan lain-lain. Pesta perkawinan merupakan ritual budaya juga, sehingga dapat menjadi peluang untuk ‘wedding organizer’ dan persewaan gedung, serta peralatan dan perlengkapan pesta lainnya. Strategi iklan juga dapat dikaitkan dengan ritual budaya seperti pada tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah ‘berlian’ untuk pengantin perempuan, dan produk sarung untuk ritual keagamaan dan ibadah.

Simbol kebudayaan juga merupakan representasi tertentu dari budaya , secara umum apa yang dipakai dan dikonsumsi oleh seseorang akan mencerminkan budayanya. Perusahaan dapat menggunakan nilai-nilai simbolis untuk merek produknya , misalnya perusahaan otomotif Toyota memberi nama Kijang untuk kendaraan dengan penumpang keluarga, secara simbolis Kijang ‘ adalah binatang yang mempunyai kemampuan lari yang sangat cepat dan lincah”.Sementara perusahaan lain Mitsubishi menciptakan ‘Kuda’. Simbol juga dapat ditunjukkan dengan warna, seperti warna hitam mempunyai arti formal, biru sejuk, putih artinya suci, merah simbol berani dsb. Sehingga pemasar menggunakan warna sebagai dasar untuk menciptakan produk yang berkaitan dengan kebutuhan simbolis.

BUDAYA POPULER VS BUDAYA LUHUR
Budaya populer merupakan karakteristik budaya sangat banyak bahkan melintasi budaya tradisional (luhur) yang mengakar dalam masyarakat. Budaya populer adalah budaya yang menarik massa yang mempunyai karakteristik ; 1) masuk kedalam pengalaman dan nilai kebanyakan anggota masyarakat, 2) tidak memerlukan pengetahuan khusus untuk mmahaminya dan 3) dihasilkan karena mudahnya setiap orang mengakses pada nilai budaya populer.

Sedangkan budaya luhur ( high culture) menghasilkan produk yang bernilai seni tinggi, karena proses pembuatannya semata-mata didasarkan pada nilai-nilai estetis (Lukisan, Batik, Patung, Keramik dsb) sedangkan budaya populer menghasilkan produk dengan keahlian dan ketrampilan yang dapat dibuat secara massal dengan formula yang baku ( cetakan pabrik ). Aliran musik alternatif juga menunjukkan budaya populer, juga budaya pakaian ketat yang marak dikenakan di kalangan remaja putri di Indonesia, begitupun rok mini yang ngetrend tahun 60 – 70-an sekarang sedang ngetrend lagi.

BUDAYA DAN KONSUMSI
Produk mempunyai fungsi, bentuk dan arti . Ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun, bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk . Produk juga harus memenuhi harapan tentang norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan, crispy (renyah) untuk makanan yang digoreng, makanan harus panas untuk ‘steak hot plate’ atau dingin untuk ‘ agar-agar pencuci mulut’.Seringkali produk juga didukung dengan bentuk tertentu untuk menekankan simbol fungsi seperti ‘ kristal biru’ pada detergen untuk pakaian menjadi lebih putih. Produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat misal “ bayam” diasosiasikan dengan kekuatan dalam film Popeye atau makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga resep turun temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan Sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon dalam ibadat agama.

Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.

Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.

Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.

Nilai memberi arah pengembangan norma, proses yang dijalani dalam mempelajari nilai dan norma disebut ”sosialisasi atau enkulturasi”. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya, bila masyarakat cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat dengan mempertahankan budaya lama disebut Accultiration.

Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi ,distribusi dan penetapan harga. Untuk mengembangkan strategi yang efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi konsumen. Sebagaimana strategi dalam penciptaan ragam produk , segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan budaya masyarakat.

Beberapa perubahan pemasaran yang dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :

1. Tekanan pada kualitas
2. Peranan wanita yang berubah
3. Perubahan kehidupan keluarga
4. Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan
5. Waktu senggang yang meningkat
6. Pembelian secara impulsif
7. Hasrat akan kenyamanan

Sumber : http://buahilmu.wordpress.com/2011/05/18/pengaruh-budaya-dalam-perilaku-konsumen/

Jumat, 23 November 2012

Maroon5 - One More Night Lyric

Maroon5 - One More Night

You and I go hard, at each other like we going to war
You and I go rough, we keep throwing things and slammin' the door
You and I get so, damn dysfunctional we stopped keeping score
You and I get sick, yah I know that we can't do this no more

But baby there you again, there you again making me love you
Yeah I stopped using my head, using my head let it all go
Got you stuck on my body, on my body like a tattoo
And now i'm feeling stupid, feeling stupid crawling back to you
So I cross my heart, and I hope to die, that I'll only stay with you one more night
And I know I said it a million times
But i'll only stay with you one more night

Trying to tell you no, but my body keeps on telling you yes
Trying to tell you stop, but your lipstick got me so out of breath
I'd be waking up, in the morning probably hating myself
And i'd be waking up, feeling satisfied but guilty as hell

But baby there you go again, there you go again making me love you
Yeah I stopped using my head, using my head let it all go
Got you stuck on my body, on my body like a tattoo
And now i'm feeling stupid, feeling stupid crawling back to you
So I cross my heart, and I hope to die, that i'll only stay with you one more night
And I know i've said it a million times
But i'll only stay with you one more night

Yeah baby give me one more night
Yeah baby give me one more night
Yeah baby give me one more night

But baby there you again, there you again making me love you
Yeah I stopped using my head, using my head let it all go
Got you stuck on my body, on my body like a tattoo
Yeah, yeah, yeah, yeah

So I cross my heart, and I hope to die, that i'll only stay with you one more night
And I know i've said it a million times
But i'll only stay with you one more night

(yeah baby give me one more night)

So I cross my heart, and I hope to die, that i'll only stay with you one more night
And I know i've said it a million times
But i'll only stay with you one more night

(I don't know, whatever...)

Rihanna - Diamonds Lyric

Rihanna - Diamonds

Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond

Find light in the beautiful sea
I choose to be happy
You and I, you and I
We’re like diamonds in the sky

You’re a shooting star I see
A vision of ecstasy
When you hold me, I’m alive
We’re like diamonds in the sky

I knew that we’d become one right away
Oh, right away
At first sight I left the energy of sun rays
I saw the life inside your eyes

So shine bright, tonight you and I
We’re beautiful like diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shining bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shining bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Palms rise to the universe
As we moonshine and molly
Feel the warmth, we’ll never die
We’re like diamonds in the sky

You’re a shooting star I see
A vision of ecstasy
When you hold me, I’m alive
We’re like diamonds in the sky

At first sight I felt the energy of sun rays
I saw the life inside your eyes

So shine bright, tonight you and I
We’re beautiful like diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shining bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shining bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond

So shine bright, tonight you and I
We’re beautiful like diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We’re beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond
Shine bright like a diamond

Kamis, 15 November 2012

Cosplay



Cosplay (コスプレ Kosupure) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, manhwa, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer.
Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.

Sejarah

Sejak paruh kedua tahun 1960-an, penggemar cerita dan film fiksi ilmiah di Amerika Serikat sering mengadakan konvensi fiksi ilmiah. Peserta konvensi mengenakan kostum seperti yang yang dikenakan tokoh-tokoh film fiksi ilmiah seperti Star Trek. Budaya Amerika Serikat sejak dulu mengenal bentuk-bentuk pesta topeng (masquerade) seperti dalam perayaan Haloween dan Paskah.
Tradisi penyelenggaraan konvensi fiksi ilmiah sampai ke Jepang pada dekade 1970-an dalam bentuk acara peragaan kostum (costume show).Di Jepang, peragaan "cosplay" pertama kali dilangsungkan tahun 1978 di Ashinoko, Prefektur Kanagawa dalam bentuk pesta topeng konvensi fiksi ilmiah Nihon SF Taikai ke-17. Kritikus fiksi ilmiah Mari Kotani menghadiri konvensi dengan mengenakan kostum seperti tokoh dalam gambar sampul cerita A Fighting Man of Mars karya Edgar Rice Burroughs. Tidak hanya Mari Kotani menghadiri Nihon SF Taikai sambil ber-cosplay. Direktur perusahaan animasi Gainax, Yasuhiro Takeda memakai kostum tokoh Star Wars.
Pada waktu itu, peserta konvensi menyangka Mari Kotani mengenakan kostum tokoh manga Triton of the Sea karya Osamu Tezuka. Kotani sendiri tidak berusaha keras membantahnya, sehingga media massa sering menulis kostum Triton of the Sea sebagai kostum cosplay pertama yang dikenakan di Jepang. Selanjutnya, kontes cosplay dijadikan acara tetap sejak Nihon SF Taikai ke-19 tahun 1980. Peserta mengenakan kostum Superman, Atom Boy, serta tokoh dalam Toki o Kakeru Shōjo dan film Virus. Selain di Comic Market, acara cosplay menjadi semakin sering diadakan dalam acara pameran dōjinshi dan pertemuan penggemar fiksi ilmiah di Jepang.
Majalah anime di Jepang sedikit demi sedikit mulai memuat berita tentang acara cosplay di pameran dan penjualan terbitan dōjinshi. Liputan besar-besaran pertama kali dilakukan majalah Fanroad edisi perdana bulan Agustus 1980. Edisi tersebut memuat berita khusus tentang munculnya kelompok anak muda yang disebut "Tominoko-zoku" ber-cosplay di kawasan Harajuku dengan mengenakan kostum baju bergerak Gundam. Kelompok "Tominoko-zoku" dikabarkan muncul sebagai tandingan bagi Takenoko-zoku (kelompok anak muda berpakaian aneh yang waktu itu meramaikan kawasan Harajuku). Istilah "Tominoko-zoku" diambil dari nama sutradara film animasi Gundam, Yoshiyuki Tomino, dan sekaligus merupakan parodi dari istilah Takenoko-zoku. Foto peserta cosplay yang menari-nari sambil mengenakan kostum robot Gundam juga ikut dimuat. Walaupun sebenarnya artikel tentang Tominoko-zoku hanya dimaksudkan untuk mencari sensasi, artikel tersebut berhasil menjadikan "cosplay" sebagai istilah umum di kalangan penggemar anime.
Sebelum istilah cosplay digunakan oleh media massa elektronik, asisten penyiar Minky Yasu sudah sering melakukan cosplay. Kostum tokoh Minky Momo sering dikenakan Minky Yasu dalam acara temu darat mami no RADI-karu communication yang disiarkan antara lain oleh Radio Tōkai sejak tahun 1984. Selanjutnya, acara radio yang sama mulai mengadakan kontes cosplay. Dari tahun 1989 hingga 1995, di tv asahi ditayangkan ranking kostum cosplay yang sedang populer dalam acara Hanakin Data Land.
Sekitar tahun 1985, hobi cosplay semakin meluas di Jepang karena cosplay telah menjadi sesuatu hal yang mudah dilakukan. Pada waktu itu kebetulan tokoh Kapten Tsubasa sedang populer, dan hanya dengan kaus T-shirt pemain bola Kapten Tsubasa, orang sudah bisa "ber-cosplay". Kegiatan cosplay dikabarkan mulai menjadi kegiatan berkelompok sejak tahun 1986. Sejak itu pula mulai bermunculan fotografer amatir (disebut kamera-kozō) yang senang memotret kegiatan cosplay.

Cosplay di Indonesia

Cosplayer adalah orang yang mengenakan pakaian/kostum/cosplay. Kebanyakan costume yang digunakan dari Jepang. Di Indonesia sangat jarang ditemukan Cosplayer yang mengenakan pakaian dari komik luar asia, beberapa menggunakan tipe eropa tetapi dikarenakan di ambil dari manga/manwa bukan dari komik luar asia.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay

Otaku




Otaku (おたく) adalah istilah bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebut orang yang betul-betul menekuni hobi atau kata ganti orang kedua yang paling sopan dalam bahasa Jepang baku, setara dengan kata "Anda" dalam bahasa Indonesia.
Sejak paruh kedua dekade 1990-an, istilah Otaku mulai dikenal di luar Jepang untuk menyebut penggemar berat subkultur asal Jepang seperti anime dan manga, bahkan ada orang yang menyebut dirinya sebagai Otaku.

Etimologi

Istilah otaku kemungkinan besar berasal dari percakapan antar penggemar anime yang selalu menyapa lawan bicara dengan sebutan Otaku (お宅 Anda) yang merupakan bentuk paling sopan untuk kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang. Pada perkembangan selanjutnya, istilah otaku ditulis dengan aksara katakana otaku (オタク) atau wotaku (ヲタク) untuk membedakan istilah slang dengan kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang baku.


Sejarah

Di awal dekade 1980-an sudah ada istilah slang bernada sumbang byōki (ビョーキ "sakit") yang ditujukan kepada penggemar berat lolicon, manga dan dōjin manga. Istilah byōki sudah sering muncul dalam dōjinshi sampai ke anime dengan peran utama anak perempuan seperti Minky Momo.
Istilah otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel “Otaku”no Kenkyū (おたくの研究 Penelitian tentang Otaku) yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat bersambung dari bulan Juni hingga Desember 1983, istilah otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat subkultur seperti anime dan manga.
Pada waktu itu, masyarakat umum sama sekali belum mengenal istilah otaku. Media massa yang pertama kali menggunakan istilah otaku adalah radio Nippon Broadcasting System yang mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (おたく族の実態 situasi kalangan otaku) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku (secara harafiah: suku Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan otaku, mengikuti sebutan yang sudah ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran kata "zoku," seperti Bōsōzoku dan Takenokozoku.
Pada perkembangan selanjutnya, sebutan otaku digunakan untuk pria lajang yang mempunyai hobi anime, manga, idol, permainan video, dan komputer pribadi tanpa mengenal batasan umur. Istilah otaku juga banyak dipakai untuk menyebut wanita lajang atau wanita sudah menikah yang membentuk kelompok sedikit bersifat "cult" berdasarkan persamaan hobi. Kalangan yang berusia 50 tahun ke atas yang merupakan penggemar berat high culture atau terus mengejar prestasi di bidang akademis jarang sekali dan hampir tidak pernah disebut otaku.
Istilah "otaku" dalam arti sempit awalnya hanya digunakan di antara orang-orang yang memiliki hobi sejenis yang membentuk kalangan terbatas seperti penerbitan Dōjinshi. Belakangan ini, istilah otaku dalam arti luas sering dapat mempunyai konotasi negatif atau positif bergantung pada situasi dan orang yang menggunakannya. Istilah otaku secara negatif digunakan untuk penggemar fanatik suatu subkultur yang letak bagusnya tidak bisa dimengerti masyarakat umum, atau orang yang kurang mampu berkomunikasi dan sering tidak mau bergaul dengan orang lain. Otaku secara positif digunakan untuk menyebut orang yang sangat mendalami suatu bidang hingga mendetil, dibarengi tingkat pengetahuan yang sangat tinggi hingga mencapai tingkat pakar dalam bidang tersebut.
Sebelum istilah otaku menjadi populer di Jepang, sudah ada orang yang disebut "mania" karena hanya menekuni sesuatu dan tidak mempunyai minat pada kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan orang. Di Jepang, istilah otaku sering digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan istilah mania, sehingga ada istilah Game-otaku, Gundam-otaku (otaku mengenai robot Gundam), Gunji-otaku (otaku bidang militer), Pasokon-otaku (otaku komputer), Tetsudō-otaku (otaku kereta api alias Tecchan), Morning Musume-otaku (otaku Morning Musume alias Mō-ota), Jani-ota (otaku penyanyi keren yang tergabung dalam Johnny & Associates).
Secara derogatif, istilah otaku banyak digunakan orang sebagai sebutan bagi "laki-laki dengan kebiasaan aneh dan tidak dimengerti masyarakat umum," tanpa memandang orang tersebut menekuni suatu hobi atau tidak. Anak perempuan di Jepang sering menggunakan istilah otaku untuk anak laki-laki yang tidak populer di kalangan anak perempuan, tapi sebaliknya istilah ini tidak pernah digunakan untuk perempuan. Berhubung istilah otaku sering digunakan dalam konteks yang menyinggung perasaan, penggunaan istilah otaku sering dikritik sebagai praduga atau perlakuan diskriminasi terhadap seseorang.
Otaku juga identik dengan sebutan Akiba Kei yang digunakan untuk laki-laki yang berselera buruk dalam soal berpakaian. Sebutan Akiba Kei berasal dari gaya berpakaian laki-laki yang lebih suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobi di distrik Akihabara, Tokyo daripada membeli baju yang sedang tren. Sebutan lain yang kurang umum untuk Akiba-Kei adalah A-Boy atau A-Kei, mengikuti istilah B-Boy (B-Kei atau B-Kaji) yang sudah lebih dulu ada untuk orang yang meniru penampilan penyanyi hip-hop berkulit hitam.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Otaku