Jumat, 03 Mei 2013

Tugas Bahasa Indonesia (Proposal)

Nama : William Andreas
NPM : 18210516
Kelas : 3EA17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Informasi akuntansi yang tersaji dalam laporan keuangan merupakan salah satu informasi utama yang dapat diakses oleh investor, kreditur maupun pemegang saham untuk menilai kinerja manajer dalam mengelola dana perusahaan. Manajer dapat saja melakukan praktik manajemen laba (earnings management) untuk tujuan tertentu. Healy (1985), Kaplan (1985), Mc Nichols and Nillson (1988), dan Holthausen, Larcker, and Sloan (1995) menemukan bukti adanya tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba terutama yang terkait dengan transaksi accrual.
            Praktik manajemen laba ini juga ditemukan di sektor perbankan seperti robb (1998) yang mendapatkan bukti adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan. Penelitian Bertrand (2000) menemukan bukti secara empiris bank di Swiss yang sedikit kurang atau mendekati ketentuan batasan kecukupan modal cenderung untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (CAR) mereka agar memenuhi persyaratan. Penelitian Betty and Petroni (2002) menemukan, dibandingkan private banks, public banks cenderung memiliki insentif lebih besar untuk melaporkan adanya kenaikan laba secara lebih konsisten. Penelitian Naciri (2002) mendapatkan bukti empiris adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan.
            Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia, juga menunjukkan adanya indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im (2001) yang menemukan bank-bank yang mengalami penurunan score tingkat kesehatannya cenderung melakukan earnings management. Susanto (2003) menemukan adanya indikasi praktik pengelolaan laba (earnings management) yang dilakukan oleh kelompok bank tidak sehat dan salah satu faktor dominan yang mendorong bank melakukan pengelolaan laba tersebut adalah motif meningkatkan kinerja bank. Endriani (2004) menemukan adanya indikasi earnings management pada bank dalam usaha memenuhi ketentuan kecukupan CAR (Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI. Dan Arnawa(2006) juga menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca progam rekapitalisasi.
     
           
            Bank syariah salah satu bentuk operasional bank yang ada di Indonesia, dimana seperti bank konvensional, bank syariah juga terikat dengan peraturan baik yang ditetapkan oleh pemerintah maupun bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, dan ditambah dengan aturan syariah. Penilaian kinerja bank syariah juga tidak jauh berbeda dengan bank konvensional.
1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1). Apakah terdapat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah?
2) Apakah kinerja bank syariah dengan rasio CAMEL mempuyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba?
1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
            1. Untuk melihat indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh kinerja pada bank syariah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan untuk mengenai apakah terdapat indikasi manajemen laba di bank syariah, sehingga pengguna dapat lebih teliti dalam membaca laporan keuangan.


BAB II
TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
            Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia, menunjukkan adanya indikasi praktik manajemen laba (eanings management) seperti penellitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im (2001), Susanto (2003) Endriani (2004) dan Arnawa (2006). Juga menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca program rekapitalisasi. Bank syariah yang dalam operasionalnya memiliki fungsi yang lebih luas dari bank konvensional seperti yang diuaraikan dalam pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia (PAPSI) 2003 yaitu sebagai manajer investasi, investor, penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, serta pengembangan fungsi sosial.
            Khan (1992), dalam Sofie (2005) mengidentifikasikan tujuan laporan keuangan akuntansi syariah antara lain adalah penentuan laba rugi yang tepat dan melaporkan dengan adaptable terhadap perubahan. Syahatah (2001) membagi tujuan akuntansi keungan (laporan keuangan) diantaranya membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dan menentukan besarnya penghasilan yang wajib di zakati. Penelitian Endriani (2004) ditemukan bahwa bank melakukan earnings management dalam upaya memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal minimum  (CAR) yang telah ditetapkan BI. Penelitian Robb (1998) juga membuktikan secara empiris bahwa bank cenderung melakukan praktik pengelolaan laba dengan cara meningkatkan laba, jika diperoleh laba yang rendah dari yang diinginkan.
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Pengertian Bank Syariah
            Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana dan maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum islam.
2.2.2 Jenis-Jenis Bank Umum Syariah
1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
2. Bank Syariah Mandiri (BSM)
3. Bank Syariah Indonesia
    2.2.3 Jenis-Jenis Unit Usaha Syariah
1.      Bank IFI Syariah
2.      Bank Danamon Syariah
3.      BRI Syariah
4.      Bank Niaga Syariah
5.      Bank Permata Syariah
6.      BNI Syariah
7.      BII Syariah
8.      Bank Riau Syariah
9.      Bank Jabar Syariah
10.  BPD Sumut Syariah
11.  BPD DKI Syariah
12.  BPD Lombok NTB
13.  BPD Aceh Syariah
14.  BPD Kalsel Syariah
15.  HSBC Syariah
16.  BTN Syariah
            Karena penilaian kinerja bank syariah umumnya tidah jauh berbeda dengan bank konvensional, maka diduga penilaian kinerja bank syariah dengan rasio CAMEL juga mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba. Rasio CAMEL dan proksinya yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Nasser (2003), yang sebelumnya juga sudah digunakan oleh Payamta dan Machfoedz (1999) serta Nasser dan Aryati (2002).
            Rasio C (Capital) pada rasio CAMEL dalam penelitian ini, diproduksi dengan nilai rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). Earnings management dilakukan oleh bank semakin intensif dengan arah yang terbalik dengan tingkat CAR, dimana bank yang memiliki nilai CAR lebih rendah dari ketentuan minimum BI cenderung lebih intensif (tinggi) melakukan praktik earnings management  dan sebaliknya.
            Rasio A (Assets quality) pada rasio CAMEL, dimana kualitas asset ini dapat dilihat dari kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. Sehingga rasio ini diproksi dengan nilai rasio RORA (Return On Risked Assets) yang diperoleh dari perbandingan laba sebelum pajak dengan aktiva produktif. Rasio RORA ini merupakan salah satu rasio yang menunjukan profitabilitas bank. Secara teori diketahui bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah lebih termotivasi untuk melakukan earnings management. Penelitian Robb (1998) juga membuktikan secara empiris bahwa bank cenderung melakukan praktik pengelolaan laba dengan cara meningkatkan laba, jika diperoleh laba yang rendah dari yang diinginkan.
            Sedangkan rasio M (management) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio ROA (Return ON Assets). Penelitian Arnawa (2006) menggunakan rasio Return On Assets (ROA) sebagai salah satu proksi untuk menilai kinerja bank. Dimana nilai rasio ROA yang rendah juga diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba.
            Rasio E (earning) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio NPM (Net Profit Margin) yang diperoleh dari perbandingan laba operasi dengan pendapatan. Sama halnya dengan rasio RORA sebelumnya, rasio NPM juga menunjukan kemampuan bank menghasilkan laba dari aktifitas operasionalnya. Dimana laba operasi yang digunakan dalam rasio NPM ini jika ditambah dengan laba (rugi) bersih non operasional akan diperoleh nilai laba sebelum pajak yang digunakan dalam rasio RORA dan jika laba sebelum pajak ini dikurangi dengan perkiraan beban pajak penghasilan akan diperoleh nilai laba bersih yang digunakan dalam rasio ROA. Kerena itu rasio NPM ini diasumsikan juga akan bersifat sama dengan rasio RORA dan ROA sebelumnya.
            Rasio L (liquidity) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Semakin rendah nilai LDR yang juga menunjukkan rendahnya penghasilan bank akan memotivasi bank untuk melakukan manejemen laba dengan cara meningkatkan laba.
2.2      Hipotesis
            Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan teori, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat indikasi praktik manajemen laba bank syariah
H2a : Rasio CAR berpengaruh negativ terhadap praktik manajemen laba.
H2b : Rasio RORA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
H2c : Rasio ROA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba
H2d : rasio NPM berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
H2e : Rasio LDR berpengaruh negatif terhadap prakatik manajemen laba.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 jenis penelitian
            Untuk menguji indikasi praktik manajemen laba pada hipotesis 1 (H1) di atas digunakan uji beda, yaitu apakah rata-rata nilai AD pada bank syariah ≠ 0.
            Hipotesi 2 diuji dengan menggunakan regresi berganda dengan model sebagai berikut:
ADit = α + βɪCARit + β2 RORAit + β3 NPMit + β4 ROAit + β5 LDRit + β6 BUSit + ε
Dengan ekspektasi : β1 ˂ 0, β2 ˂ 0, βɜ ˂ 0, β4 ˂ 0 dan β5 ˂ 0
Dimana :
ADit                = Akrual Diskresioner (akrual abnormal) bank syariah I pada tahun t
CARit             = nilai rasio CAR (Capital Adequqcy Ratio) bank syariah I pada tahun t
RORAit          = nilai rasio RORA (return on Risked Assets) bank syariah I pada tahun t
NPMit             = nilai rasio NPM (Net Profit Margin) bank syariah I pada tahun t
ROAit             = nilai ROA (Return On Assets) bank syariah I pada tahun t
LDRit              = nilai rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) bank syariah I pada tahun t
BUSit              = nilai Dummy bank syariah i pada tahun t, dimana 1 = BUS dan 0 =UUS
           
            Pada model regresi di atas juga dimasukan variabel kontrol BUS yang maksudkan untuk mengontrol kemungkinan adanya perbedaan akrual diskresioner antara bank syariah yang berbentuk BUS dengan ekspktasi β6 ≠ 0.
3.1.2  Lokasi Penelitian
            Penelitian dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia dengan pengambilan data pada laporan keuangan publikasi tahunan bank syariah yang dapat diperoleh dari media massa yang memuat publikasi tersebut ataupun dari Direktori Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh BI serta dari website BI : www.bi.go.id.
3.1.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2007 hingga selesai.
3.2 populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
     Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:115) “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Anggota dari populasi tersebut sebagai elemen populasi (population element).
Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah semua perbankan syariah di Indonesia, yang berdasarkan data BI bulan Mei tahun 2007.
3.2.2 Sampel
            Sampel kami terdiri dari 21 bank syariah, terdiri dari bank syariah (Bank Umum Syariah / BUS) dan 18 unit syariah busines (unit Usaha Syariah / UUS) pada tahun 2004-2006.
3.3 Definisi Operasional Variabel
            Definisi operasional adalah “penentu constuct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur, definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik” (Indriantoro dan Supomo, 2002:69).
           
            Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.                  Bank Syariah
            Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana dan maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
2.                  Akrual Diskresioner
            Penghitungan total akrual sama dengan yang dilakukan Healy (1985) dan Jones (1991) yang telah disesuaikan dengan karateristik perbankan, dengan rumus:
TAit = (∆PMADit + ∆BDDit + ∆UMPit - ∆BYDit - ∆UPit  - PBAit – Depit)/(Ait- 1)
Dimana: TAit = total akrual bank syariah i pada tahun t, ∆PMADit = selisih pendapatan masih akan diterima bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆BDDit = selisih beban dibayar dimuka bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆UMPit = selisih uang pajak bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆BYDit selisih beban yang harus dibayar bank syariah I pada tahun t dengan t-1, ∆UPit = selisih utang pajak bank syariah I pada tahun t dengan t-1, PBAit = beban penyisihan aktiva produktif bank syariah I pada tahun t, Debit = beban depresiasi bank syariah I pada tahun t, Ait- 1 = total aktiva bank syariah I pada tahun t-1.
            Kemudian, dilakukan estimasi dengan menggunakan model :
TAit/ Ait-1 = aɪ (1/ Ait-1) + bɪ (∆POit/ Ait-1) + b2(PPEit/ Ait-1) + ɛt
Dimana: TAit = total akrual bank syariah i pada tahun t, Ait-1 = total aktiva bank syariah i pada tahun t, ∆POit = selisih pendapatan operasional syariah i pada tahun t dengan t-1, PPEit = property, plant, and equipment (aktiva tetap) bank syariah i pada tahun t, perkiraan error (ɛt) dalam persamaan di atas menunjukkan akrual diskresioner (discretionary).
3.                  Rasio CAMEL
            Capital diukur dengan CAR = ekuitas/total aktiva; Asset Quality diukur dengan RORA = laba sebelum pajak/aktiva produktif, dimana aktiva produktif adalah semua aktiva baik dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki bank syariah dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya; management diukur dengan RORA = laba bersih/total aktiva; Earnings diukur dengan NPM = laba operasi/pendapatan; dan Liquidity diukur dengan LDR = jumlah kredit yang diberikan/jumlah dana pihak ketiga.
3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
            Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dengan Model regresi yang menggunakan metode estimasi Ordinary Least Squares (OLS) akan memberikan hasil yang Best, Linear, Unbiased dan Estimator (BLUE) jika memenuhi semua asumsi klasik. Pengujian hipotesis 1 (H1) dilakukan dengan uji beda.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
            Data yang akan diolah dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan publikasi tahunan bank syariah.
3.5  Metode Analisis Data
            Tenik dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan. Dalam hal ini untuk menginvestigasi praktik manajemen laba di bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa, I Gede (2006). “ Analisa Indikasi Manajemen Laba melelui Discretionary            Allowance for Loan Loses pada Perbankan Pasca Rekapitalisasi”. Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Bertrand, Rima, Swiss National Bank (2000). “ Capital Requirement and Bank Behaviour :           Emperical Evidence for Switzerland”. Working Paper.
Betty, Anne. L and Petroni, Kathy. R (2002). “ Earnings Management to Avoid Earnings             Declines Across Publicy and Private held Bank”, The Accounting Review, Vol 77.
Endriani, D (2004). “ Indikasi Praktek Earnings Management oleh Bank-Bank di Indonesia          Dalam Memenuhi Ketentuan Rasio Kecukupan Modal”. Karya Akhir Program            Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Healy, P.M. (1985). “ The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision”. Journal of             Accounting and Economic 7: 85-107.
Jones, J.J. (1991). “ Earnings Management During Import relief investigation”. Journal of Accounting Research ( Autumn) : 193-228.
McNicholas, M. and M.D. Neimark (1988). “ Evidence of Earnings Management from the            Provision for Bad Debts” , Journals of Accounting Research ( Supplement 1988),        pp        33-57.
Naciri, Ahmed (2002). “ Earnings Management from Bank Provisions for Loans losses”.   Working Paper, January.
Nasser, Etty M. (2003). “ Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta dengan          rasio CAMEL serta Pengaruhnya terhadap harga Saham”, Media Riset Akuntansi,             Auditing dan Informasi, Vol 3 No 3 Desember 2003 : 217 – 136.
Robb, Sean, W.G. (1998). “ The Effects of Analysts’ Forecase on Earnings Management in          Financial Institutions”. Journal of Financial Research (Fall).
Setiawati, Lilis dan Naim Ainun (2001). “ Bank Health Evaluation By Bank Indonesia and           Earnings Management in Banking Industry”. Gadjah Mada International Journal of Bussiness, May 2001, Vol 3 no 2 : 159-176.
Sofie (2005). “ Merumuskan Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah : Sebuah Studi        Eksplorasi”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 5 No 1 April          2005 :  25-39.
Susanto, Agus (2003). “ Indikasi Praktek Pengelolaan Laba dan Faktor-Faktor yang          Mempengaruhinya ( studi Empiris pada Sektor Perbankan Sebelum Krisis         Perbankan       Nasional )”, Karya Akhi Program Magister Akuntansi Fakultas     Ekonomi          Universitas Indonesia, Jakarta.                

Sumber : http://erick-kesepian.blogspot.com

Kamis, 02 Mei 2013

Laporan Formal dan Semi Formal (Berserta Contoh)

Laporan Formal

laporan merupakan hal yang vital dalam kehidupan sehari-hari,apakah itu termasuk laporan resmi maupun laporan tidak resmi.
menurut F X soedjadi laporan yaitu sesuatu bentuk penyampaian berita ,keterangan, pemberitahuan maupun pertanggungjawaban baik secara tertulis maupuntidak tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada antara mereka.

dasar-dasar laporan

 
a.Pemberi Laporan
Pertama-tama, laporan melibatkan orang atau pihak yang memberi laporan. Pemberi laporan dapat berupa perseorangan, sebuah panitia yang ditugaskan untuk maksud tertentu. Laporan dapat pula dibuat oleh perorangan atau badan kepada seseorang atau instansi yang dianggap perlu mengetahuinya walaupun tidak diminta. Contohnya : seorang mahasiswa ditugaskan oleh dosennya untuk meneliti suatu obyek tertentu.
b.Penerima Laporan
Penerima laporan adalah orang atau badan yang menugaskan, atau orang atau badan
yang dianggap perlu mendapatkan laporan.
c.Tujuan Laporan
Tujuan laporan pada umumnya berkisar pada hal-hal berikut : untuk mengatasi suatu masalah, untuk mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah, untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru, dan sebagainya.Pembuat laporan harus memperhatikan sungguh-sungguh tujuan laporan, sehingga pengarahan, ilustrasi, dan perincian diarahkan secara tepat kepada tujuan terakhir dari laporan tersebut.

jenis-jenis laporan

 
a.Laporan berbentuk Formulir Isian
Untuk menulis sebuah laporan yang berbentuk formulir isian biasanya telah disiapkan blangko daftar isian yang diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai. Laporan ini bersifat rutin, dan seringkali berbentuk angka-angka.
b.Laporan berbentuk Surat
Laporan berbentuk surat, yaitu sebuah laporan yang tidak banyak mengandung table, angka, atau sesuatu hal lain yang digolongkan dalam table dan angka. Laporan ini bersifat pribadi, oleh sebab itu dapat dipergunakan untuk bermacam-macam topik.
c.Laporan berbentuk Memorandum
Laporan berbentuk memorandum (saran, nota, catatan pendek) mirip dengan laporan berbentuk surat, namun biasanya lebih singkat. Laporan ini sering digunakan untuk suatu laporan yang singkat dalam bagian-bagian suatu organisasi atau antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan kerja. Memorandum sering mengandung konotasi “sesuatu yang bersifat darurat”, namun tidak selalu demikian seperti untuk meminta sesuatu bahan yang segera diperlukan.
d.Laporan Perkembangan dan Laporan Keadaan
Laporan perkembangan (progress report) pada prinsipnya berbeda dari laporan keadaan (status report). Laporan perkembangan adalah suatu macam laporan yang bertujuan untuk menyampaikan perkembangannya, perubahan, atau tahap mana yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan laporan keadaan adalah suatu macam laporan yang menggambarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat.
Perbedaannya terletak dalam segi aksentuasinya, laporan perkembangan lebih menekankan apa yang sudah terjadi dari permulaan sampai saat laporan itu dibuat; sedangkan laporan keadaan lebih menekankan kondisi yang ada sebagai akibat dari kejaidan-kejadian yang telah dicapi sebelumnya sampai saat laporan itu dibuat.
e.Laporan Berkala
Laporan berkala atau laporan periodik dibuat dalam jangka waktu tertentu, yang dapat berbentuk formulir-formulir isian atau dalam bentuk memorandum kemudian disempurnakan sehingga dapat diperoleh bentuk yang lebih kompleks berupa laporan tahunan.
f.Laporan Laboratoris
Laporan laboratoris bertujuan untuk menyampaikan hasi dari percobaan atau kegiatan yang dilakukan dalam laboratoria. Laporan ini memuat percobaan- percobaan yang telah dilakukan. Bukan hanya menyajikan hasil kegiatan di laboratoria, tetapi juga harus menerapkan masalah-masalah khusus bahkan kegiatan- kegiatan yang diinginkan.
g.Laporan Formal dan Semi-formal
Laporan formal adalah laporan yang memenuhi persyaratan- persyaratan tertentu sebagai yang akan disebutkan dibawah ini, sedangkan nadanya bersifat impersonal dan materinya disajikan dalam suatu pola struktur seperti yang terdapat dalam buku- buku.Laporan formal, yaitu laporan yang memenuhi semua persyaratan. Laporan semi- formal, yaitu satu atau dua persyaratan dari laporan tidak terpenuhi. Dan laporan non-formal, yaitu laporan yang tidak memenuhi persyaratan

struktur laporan

 
a)Halaman Judul
Halaman judul, memuat pokok atau topic laporan, orang atau badan yang akan menerima laporan, orang atau badan yang membuat laporan dan penanggalan laporan. Halaman judul hanya merupakan suatu label, sebuah etiket pengenal, sehingga gunakan judul yang pendek agar tidak mengaburkan pokok persoalan yang akan dilaporkan.
b)Surat Penyerahan
Surat penyerahan berfungsi sebagai kata pengantar pada sebuah buku, sifat dan panjangnya berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan sifat topiknya. Surat penyerahan mengandung fakta yang minimal diperlukan untuk membangkitkan perhatian pembaca terhadap laporan itu. Surat penyerahan merupakan suatu bentuk komunikasi yang sangat bersifat pribadi dari penulis kepada penerima laporan maka penulis dapat mempergunakannya untuk menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada badan atau perorangan yang telah membantu dan dipakai juga untuk menyatakan harapannya tentang bermanfaatnya laporan itu.
c)Daftar Isi
Daftar isi memuat rekapitulasi dari semua judul yang ada dalam laporan itu, sehingga para pembaca atau penerima laporan dapat segera mengetahui apa isi laporan itu.
d)Ikhtisar dan Abstrak
i. Abstrak (Abstract)
Abstrak adalah suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris, bertujuan untuk menerangkan kepada pembaca- pembaca aspek-aspek mana yang tercakup dalam sebuah uraian tanpa berusaha mengatakan apa yang dibicarakan
mengenai aspek-aspek itu. Abstrak Deskriptif dipakai dengan pengertian yang sama seperti dikemukakan di atas. Sebaliknya Abstrak Informatif dipaki dengan pengertian yang sama seperti ikhtisar. Abstrak hanya mengandung topik persoalan.
ii. Ikhtisar (Summary)
Ikhtisar merupakan suatu bagian dari tulisan yang menyampaikan suatu informasi yang penting dari sebuah laporan dalam bentuk yang sangat singkat. Ikhtisar mengandung topik persoalan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Kesingkatan yang merupakan cirri dari sebuah ikhtisar dibuat dengan meninggalkan pendahuluan, perincian, contoh ilustratif, dan lain-lain, kecuali gagasan-gagasan utama.
e)Pendahuluan
Karena laporan merupakan sebuah dokumen yang akan disimpan dan berguna pada masa-masa mendatang, maka semua hal-ikhwal atau latar belakang yang mempunyai sangkut-paut dengan isi laporan harus dikemukakan pula secara jelas. Sebagai bahan untuk menyusun Pendahuluan sebuah laporan atau unsur yang dianggap sebagai latar belakang dari masalah yang akan dilaporkan dapat dikemukakan beberapa hal berikut: tujuan laporan; mengapa sebuah laporan itu ditulis; siapa yang menyuruh atau memerintahkan membuat laporan itu; siapa saja yang ditugaskan untuk menyelidiki masalah tersebut dan melaporkannya; wilayah-wilayah mana saja yang tercakup; kapan tugas itu dilaksanakan dan kapan berakhir; dan dimana serta bagaimana penulis laporan mendapatkan informasi mengenai masalah tersebut.
f)isi Laporan
Isi laporan menyangkut inti persoalan dan segala sesuatu yang bertalian langsung dengan persoalan tersebut. Isi laporan meliputi: hasil pengamatan mengenai fakta- fakta yang dilaporkan, pencocokan fakta dengan data yang telah ada sebelum satuan tugas melaksanakan kewajibannya, semua masalah yang diperkirakan akan membantu atau menghambat pemecahan masalahnya, pembahasan dan hasil pembahasan mengenai pokok persoalan yang akan dilaporkan.
Agar isi laporan dapat mencapai sasaran dan tidak ada hal-hal yang dilupakan, sebaiknya penulis laporan membuat suatu rencana (kerangka) yang jelas dan logis serta terarah. Fakta-fakta yang diajukan hendaknya dapat dipercaya, obyektif, jelas, lengkap, dan selalu diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai.
g)Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan diturunkan dari fakta-fakta, dan lebih banyak mempersoalkan hubungan- hubungan logis, sedangkan Saran merupakan langkah atau alternatif-alternatif mana yang dapat diambil supaya masalah itu dapat diatasi sebaik-baiknya. Dengan demikian saran-saran banyak atau sedikit dipengaruhi oleh sentuhan-sentuhan emosional. Bentuk kesimpulan tergantung dari isi laporan serta urutan penyajiannya.
h)Bagian Pelengkap
Bagian pelengkap dalam sebuah laporan adalah apendiks (lampiran-lampiran, termasuk di sini Surat Perintah atau Surat Tugas bagi orang yang membuat laporan itu, foto-foto, peta) dan bibliografi bila laporan itu dikaitkan dengan analisa ilmiah yang mempergunakan bahan-bahan pustaka.

Contoh


Polisi Ringkus Kurir Narkoba Sang BriptuOperasi cipta kondisi yang digelar jajaran Polres Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara di Pelabuhan Tobaku berhasil menjaring seseorang berinisial SM yang diduga menjadi kurir pengedar narkoba antarprovinsi.
Pelabuhan Tobaku sendiri merupakan pintu masuk ke Kolaka Utara untuk jalur laut dari beberapa wilayah besar di Sulawesi seperti Kota Makassar dan Parepare.
Kapolres Kolaka Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Laode Aries El Fathar mengatakan, operasi pekat yang digelar pihaknya memang benar telah menangkap seorang pengedar narkoba jenis sabu, SM. SM tertangkap tangan membawa sabu di pelabuhan Tobaku. Dan hasil keterangan SM, narkoba tersebut milik seorang oknum polisi berinisial ER berpangkat Briptu,” kata Aries.
Aries mengungkapkan, SM mengaku tidak mengetahui isi dari bungkusan yang ternyata adalah narkoba. SM, kata kapolres, hanya disuruh oleh ER oknum anggota polisi untuk menjemput sebuah bungkusan di pelabuhan Tobaku.
“SM tidak mengetahui isi bungkusan yang dijemputnya, dan dari hasil tes darah SM negatif atau SM tidak pernah menggunakan narkoba, sehingga SM tidak dijadikan tersangka,” tegasnya.
Kendati demikian, pengakuan SM akan dikembangkan untuk mengungkap keterlibatan oknum polisi dalam peredaran narkoba. “Infonya sementara kita kembangkan. Kalau memang betul (oknum polisi terlibat, red), maka oknum tersebut akan mendapatkan sanksi yang berat,” tegas Kapolres Kolaka Utara.
Sementara itu, aparat Polres Kolaka Utara sendiri memperketat pengamanan pintu masuk dan keluar di wilayah hukumnya. Hal ini untuk mengantisipasi peredaran narkoba menjelang Lebaran nanti.
“Diharapkan kepada masyarakat untuk tidak mencoba-coba narkoba, karena siapapun, pelaku narkoba pasti akan ditindak, baik itu masyarakat, polisi maupun pejabat,” tegas Aries.

Laporan Semi Formal

LAPORAN SEMI FORMAL


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan rahmatnya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan semampunya.
Adapun judul laporan ini adalah “Laporan Penelitian Tentang Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Masyarakat di Kalimantan Tengah”. Laporan ini disusun berdasarkan data dan informasi yang bersumber dari beberapa referensi.
Dalam penulisan serta penyusunan laporan ini, penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan-kesalahannya baik dari segi penyusunan, pengetikan kata-kata, serta kekeliruan dalam melampirkan kalimat-kalimat logis maupun tidak logis untuk dibaca semua pihak. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif maupun membangun agar karya tulis ini dapat serta layak untuk dibaca oleh semua pihak.
Semoga bantuan dan amal baik dari semua pihak mendapat ridho dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya, semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan manfaat serta menjadi wacana baru bagi pembaca pada umumnya dan pihak yang membutuhkan. Amin.
Surabaya, 5 Maret 2012
Penulis            
DAFTAR ISI
1.      Kata Pengantar.............................................................................................        1
2.      Daftar Isi......................................................................................................         2
3.      Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Masyarakat di Kalimantan Tengah...         3
4.      Kesimpulan dan Saran.................................................................................         5
 Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Masyarakat di Kalimantan Tengah
Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus meninggi.
Berimbas pada harga barang, Pengamat sosial dan ekonomi Kalteng Prof Danes Jayanegara mengatakan, bahwa kenaikan harga BBM yang direncanakan oleh pemerintah pusat dipastikan berimbas pada kenaikan harga-harga barang dan jasa. Pasalnya, sebagian besar barang dan jasa yang ada juga dipengaruhi oleh transportasi dan angkutannya. "Apalagi jika Organda terpaksa menaikan tarif angkutan, otomatis berpengaruh terhadap nilai barang, terutama yang dibawa ke daerah-daerah," terangnya, kemarin siang. Namun demikian, lanjutnya, diprediksi kenaikan harga BBM tersebut tidak akan memicu kepanikan masyarakat. Alasannya, rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM tersebut sudah cukup lama, dan sosialisasinya sudah dilakukan secara bertahap. "Kalau munculnya kepanikan dan keresahan masyarakat saya rasa tidak, karena sudah dilakukan sosialisasi secara bertahap. Keresahan yang terjadi di masyarakat pun tidak berlangsung lama, hanya pada saat baru dilaksanakannya kebijakan tersebut saja, setelahnya akan menyesuaikan," ungkapnya. Dijelaskannya, kondisi pemerintah menaikan harga BBM tersebut juga merupakan opsi terakhir, karena dipengaruhi kondisi Timur Tengah yang memanas. Sebab, harga minyak terus melambung tinggi hingga sempat mencapai 117 dollar AS per barel. Sehingga hal tersebut membuat pemerintah tidak memiliki pilihan kecuali menaikan harga BBM.
Dampak langsung dari kenaikan BBM ini adalah meningkatkan jumlah pengangguran. Bertambahnya daftar anak putus sekolah akibat melonjaknya biaya. Terparah, semakin membludak jumlah anak miskin yang mengalami gizi buruk. Fenomena ini dipastikan menyuburnya tindak kriminal karena tekanan biaya kehidupan.
Ambil contoh tingginya anak putus sekolah akibat melonjaknya biaya hidup. Jumlah anak SD hingga SMA yang putus sekolah pada 2010 mencapai 1,08 juta. Angka itu melonjak lebih dari 30 persen dibanding tahun sebelumnya 750.000 siswa. Masih ada 3,03 juta siswa yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Hal ini terjadi karena pemerintah belum mampu memberanguskan angka kemiskinan.
Tanpa pendidikan memadai, sudah pasti peluang anak bangsa meraih pekerjaan yang layak nyaris tertutup. Bahkan bisa jadi generasi penerus yang mengenyam pendidikan strata satu (S1) hanya menunggu panggilan kerja setelah menyebar puluhan lamaran. Meski pendidikan tinggi, perusahan pasti berfikir ulang menambah karyawan karena biaya produksi tinggi akibat kenaikkan BBM. Lebih realistis, perusahaan akan memilih pengurangan karyawan.
Terpenting bagi pemerintah adalah memikirkan dampak kenaikkan harga BBM tersebut. Jangan hanya memaparkan penghematan anggaran karena penghapusan subsidi. Pasalnya, anak bangsa yang terkena dampak kenaikkan harga BBM pasti semakin merasa sulit dalam memenuhi kebutuhan.
Sudah sepatutnya kenaikkan harga BBM diiringi kebijakan pemerintah yang langsung dirasakan manfaatnya bagi rakyat. Misalnya pemerintah memperbaharui upah minimum regional (UMR) bagi buruh di seluruh Indonesia. Tidak hanya pegawai negeri sipil (PNS) saja yang ditingkatkan gajinya. Sehingga apapun penghapusan subsidi BBM tidak akan berdampak secara global dalam kehidupan masyarakat, terutama kaum miskin.
     KESIMPULAN
Berdasarkan laporan yang telah dipaparkan, penulis menarik kesimpulan secara garis besar terkait kenaikan BBM saat ini, bahwa:
1.      Kenaikan harga BBM perlu diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang langsung dirasakan manfaatnya bagi rakyat. Misalnya pemerintah memperbaharui upah minimum regional (UMR) bagi buruh di seluruh Indonesia.
2.      Pemerintah menaikkan harga BBM akibat harga minyak yang terus melambung terus.
3.      Kita harus menghemat penggunaan minyak bumi yang kita tahu bahwa sumberdaya alamnya terbatas, sehingga kita bisa memberikan masa depan yang lebih baik kepada bumi untuk anak-cucu kita nanti.
SARAN
Hasil laporan ini memaparkan tentang kenaikan harga BBM pada saat ini khususnya di Kalimantan Tengah, yang tentunya laporan ini masih banyak ditemukan kekurangan sehingga sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap ada penulis-penulis selanjutnya yang akan menyempurnakan makalah ini pada masa

Kenapa Kita Tidak Dapat Mengingat Masa Bayi Kita?

Sekuat apa pun ingatan anda, kemungkinan besar ingatan paling awal anda hanya akan berasal paling lama dari saat anda berusia tiga tahun. Bahkan, anda mungkin hanya memiliki sedikit kenangan dari usia antara 3 sampai 7 tahun. Psikolog menyebut ketidakmampuan kebanyakan orang dewasa untuk mengingat peristiwa dari awal kehidupan seperti ini sebagai amnesia masa kecil. Mengapa hal ini dapat terjadi?


Sampai 20 tahun terakhir, para peneliti belum dapat menjelaskan secara tepat mengapa amnesia masa kecil ini bisa terjadi. Oleh karena itu mereka berusaha menyelidiki kemampuan memori anak-anak untuk mencari jawabannya. Untuk waktu yang lama, penjelasan di balik amnesia masa kecil bersandarkan pada asumsi bahwa bagian pembentukan memori pada otak bayi belum berkembang. Lalu, pada usia sekitar 3 tahun, barulah kemampuan memori pada anak-anak mulai berkembang.

Namun, psikolog telah menemukan bahwa bayi berumur 3 sampai 6 bulan pun telah dapat membentuk kenangan jangka panjang. Perbedaannya hanya pada kenangan mana yang akan dipertahankan. Misalnya, bayi lahir dengan kenangan yang lebih implisit atau utuh dan tidak sadar. Pada saat yang sama, memori eksplisit atau episodik (yang mencatat peristiwa tertentu) tidak membawa informasi pada tiga tahun pertama kehidupan, hal ini dapat menjelaskan mengapa orang tidak ingat ketika mereka dilahirkan.

Proses Pembentukan Memori pada Anak

Untuk membentuk kenangan, manusia harus membuat sinaps, atau koneksi antara sel otak, yang mengkodekan informasi sensorik dari suatu peristiwa ke dalam memori kita. Dari sana, otak kita mengatur informasi ke dalam kategori-kategori dan menghubungkannya dengan data yang serupa, yang disebut konsolidasi. Agar memori dapat tersimpan dengan lama, kita harus secara berkala "mengambil" kenangan ini kembali (proses dimana kita mengingat) dan menelusuri kembali sinaps yang telah terbentuk, yang bertujuan untuk memperkuat koneksi tersebut.

Sebagian besar studi telah membantah pemikiran lama bahwa bayi tidak dapat mengkodekakan informasi yang membentuk dasar dari kenangan. Misalnya, dalam satu percobaan yang melibatkan bayi berusia 2 dan 3 bulan, kaki bayi dilekatkan dengan pita ke mainan yang terdapat di atasnya. Dengan menendang kaki mereka, bayi belajar bahwa gerakan tersebut menyebabkan mainan untuk bergerak. Kemudian, bayi ditempatkan di bawah mainan yang sama tanpa pita, bayi ingat untuk menendang kaki mereka. Ketika percobaan yang sama dilakukan dengan bayi berusia 6 bulan, mereka memahami hubungan ini jauh lebih cepat, yang menunjukkan bahwa kemampuan pengkodean mereka semakin cepat secara bertahap seiring dengan waktu, bukannya dalam satu ledakan yang signifikan pada usia sekitar 3 tahun.

Pengkodean memori ini berhubungan dengan perkembangan dari korteks prefrontal bayi. Daerah ini, yang aktif selama pengkodean dan pengambilan ingatan eksplisit, tidak berfungsi sepenuhnya saat lahir. Namun, setelah 24 bulan, jumlah sinaps pada korteks prefrontal telah mencapai tingkat dewasa. Selain itu, ukuran hippocampus di dasar otak terus tumbuh hingga tahun kedua atau ketiga. Hal ini penting karena hippocampus menentukan informasi sensorik apa yang ditransfer ke dalam penyimpanan jangka panjang.

Tapi bagaimana dengan memori implisit? Bertempat di otak kecil, memori implisit sangat penting untuk bayi baru lahir, yang memungkinkan mereka untuk mengasosiasikan perasaan kehangatan dan keamanan dengan suara ibu mereka dan secara naluriah mengetahui bagaimana cara untuk makan. Selanjutnya memori implisit mengalami beberapa perkembangan seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan dalam kasus amnesia dewasa, keterampilan implisit seperti mengendarai sepeda atau bermain piano tetap bertahan dari trauma otak.

Hubungan Memori dengan Kemampuan Verbal

Ingatan paling awal kita kemungkinan juga diblokir dari kesadaran kita karena kita tidak memiliki kemampuan bahasa pada waktu itu. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2004, menelusuri perkembangan verbal pada bayi berusia 27-39 bulan sebagai ukuran seberapa baik mereka bisa mengingat kejadian masa lalu. Para peneliti menemukan bahwa jika anak-anak tidak tahu kata-kata untuk menggambarkan peristiwa ketika itu terjadi, maka mereka tidak bisa menjelaskan setelahnya nanti setelah mempelajari kata-kata yang tepat.

Orang tua juga memainkan peran penting dalam mengembangkan memori anak-anak. Penelitian lain menunjukkan bahwa cara orang tua mengingat kenangan dengan anak mereka secara verbal, berkorelasi dengan gaya narasi anak-anak untuk menceritakan kembali kenangan mereka di kemudian hari. Dengan kata lain, anak-anak yang orang tuanya memberitahu mereka tentang peristiwa masa lalu, seperti pesta ulang tahun atau perjalanan ke kebun binatang, akan lebih mungkin untuk menggambarkan kenangan mereka sendiri dengan jelas. Menariknya, memori pribadi juga memiliki komponen budaya, dimana kenangan pribadi orang Barat lebih fokus pada diri mereka sendiri dan orang Timur mengingat diri mereka lebih dalam konteks kelompok.
 
 

Penyebab Kelangkaan Solar

VIVAnews - Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan mengungkapkan penyebab terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Solar di sejumlah daerah.

Karen saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 23 April 2013, mengungkapkan, adanya ketidakcocokan data kuota yang dialokasikan antara yang ditetapkan di DPR dengan perhitungan Pertamina menyebabkan terjadi kelangkaan di beberapa daerah.

"Kan, kemarin itu penentuan berapa berapanya dengan DPR. Kalau kita, sudah tahu pertumbuhannya berapa," tambahnya.

Persoalan itu, menurut Karen, menjadi masalah utama terjadinya kelangkaan tersebut. Jadi, bukan permasalahan distribusi yang selama ini diributkan.

Sementara itu, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menginstruksikan kepada Pertamina untuk mengatasi kekurangan Solar bersubsidi yang menjadi masalah saat ini.

Hal tersebut, dengan cara membuka jatah kuota bulanan BBM jenis itu di daerah-daerah yang kekurangan. "Yang penting, tidak ada antrean panjang seperti itu. Dicukupi barangnya," ujar Jero di tempat yang sama.

Jero mengatakan dengan dibukanya batas kuota perbulan tersebut, bukan berarti pemerintah akan menambah kuota tahunan solar bersubsidi. "Siapa tahu kuotanya masih cukup," tuturnya.

Sumber

Internet Merubah Dunia

kses internet melalui telepon pintar telah menjadi bagian kehidupan sehari-sehari.
Lompatan penting dalam pengembangan internet diperkirakan akan terjadi pada 2013 menyusul hasil survei bahwa jumlah piranti bergerak seperti telepon pintar dan komputer tablet yang terkoneksi ke internet untuk pertama kalinya diperkirakan akan melebihi jumlah komputer meja dan komputer jinjing.
Survei itu dilakukan oleh bank investasi Morgan Stainley. Menurut para ahli, peningkatan penggunaan internet bergerak mengubah dunia komputer.
Pengamat teknologi di Inggris Rupert Goodwins mengatakan kemudahan koneksi internet bergerak mempunyai dampak luas bagi masyarakat.
Ia mengatakan 10 atau 15 tahun lalu, pengguna komputer harus duduk di depan layar komputer dan berusaha menghidupkannya.
“Mengunduh piranti lunak sulit dan mahal. Membuat modem bekerja juga perlu perjuangan,” kata Rupert Goodwins seperti dilaporkan wartawan teknologi BBC Mark Gregory.
Pil pahit“Sekarang kita bisa ke toko, membeli komputer tablet dan dalam hitungan detik bisa langsung menggunakan komputer dengan teknologi yang rumit tanpa memikirkan tentang hal itu,” tambah Rupert Goodwins.
Goodwins mengatakan internet bergerak telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga.
Namun kemudahan tersebut, jelas Mark Gregory, merupakan pil pahit bagi perusahaan-perusahaan besar yang sebelumnya mendominasi bisnis komputer.
Dell, HP dan Microsoft, produsen piranti keras dan piranti lunak bagi komputer pribadi kesulitan menyesuaikan diri.